Latest Post

Soul Food Fort Worth TX: Menghidupkan Kembali Cita Rasa Autentik di Texas 10 Paket Tour Luar Negri Terbaik dan Terpercaya

Selama hampir seribu tahun, satu-satunya bahan peledak yang banyak digunakan adalah bubuk hitam.

Bahan Peledak juga semakin banyak dikembangkan yang salah satunya adalah nitroglycerine based explosives atau dikenal dengan dinamit.

Sebelumnya dinamit, bahan peledak sudah ditemukan jauh ribuan tahun lalu.

Satu-satunya bahan peledak yang banyak digunakan adalah bubuk hitam, yang merupakan campuran dari belerang, arang, dan potasium nitrat, bubuk hitam.

Bahan peledak jenis ini dapat mengempis atau terbakar, sehingga mampu menghasilkan panas dan gas.

Baca : Truk Pengangkut Dinamit Meledak di Ghana, 17 Tewas dan 1 Kampung Hancur Dikutip dari nobelprize.org, cairan peledak yang pertama kali dibuat dinamakan nitrogliserin.

Bahan eksplosif ini dibuat oleh Ascanio Sobrero pada tahun 1846.

Ketika itu ia mencampurkan asam nitrat dan sulfat sehingga terjadi reaksi eksotermis.

Reaksi tersebut selanjutnya menghasilkan panas sehingga terjadi ledakan dari sebuah nitrogliserin.

Namun jenis ini cukup sulit untuk digunakan karena sulitnya untuk memprediksi dalam kondisi apa nitrogliserin akan meledak.

Hadirlah seorang ilmuwan muda bernama Alfred Nobel, yang sebelumnya memproduksi ranjau laut bersama ayahnya untuk Perang Krimea.

Ia tidak setuju bahwa nitrogliserin tidak dapat diledakkan.

Maka dari itu, seperti dikutip dari Britannica, ia mulai membangun sebuah pabrik kecil untuk memproduksi nitrogliserin pada tahun 1862.

Di saat bersamaan, ia mulai melakukan penelitian untuk membuat nitrogliserin bisa dipakai dengan aman.

Setahun kemudian, Nobel menemukan detonator praktis.

Perangkat ledak ini terdiri dari kayu yang dimasukan dalam muatan nitrogliserin dan disimpan dalam wadah logam.

Ada juga steker berguna untuk memberikan muatan ledakan lebih kuat.

Penemuan detonator membuat reputasinya meningkat, sebagai penemu sekaligus kekayaan yang diperolehnya sebagai pembuat bahan peledak.

Barulah di tahun 1856, Nobel menyempurnakan detonatornya dengan nama ‘blasting cap’, berisikan tutup logam kecil yang mengandung muatan merkuri merah yang dapat meledak dengan kejutan atau terpapar panas.

Meskipun begitu, ia masih terkendala dalam mengaplikasikan nitrogliserin.

Bahkan pabrik nitrogliserin buatannya sempat meledak di tahun 1864, dan menyebabkan adiknya terbunuh.

Kematian adiknya tak membuat ia patah semangat, justru Nobel semakin banyak membangun pabrik nitrogliserin bersamaan dengan produksi ‘blasting cap’-nya.

Setelahnya, ia mendapatkan penemuan baru dengan mencampurkan nitrogliserin, cairan berminyak, dengan kieselguhr, campuran tersebut dapat diubah menjadi pasta.

Selanjutnya berbagai bahan diremas dan dibentuk menjadi batang yang cocok untuk dimasukkan ke dalam lubang bor.

Campuran tersebut terbilang jauh lebih aman dan mudah diaplikasikan, ketimbang bahan nitrogliserin saja.

Alfred Nobel memberikan nama penemuan keduanya dengan ‘dinamit’.

Dalam bahasa Yunani, dinamit berarti sebuah kekuatan.

Lalu ia mendapatkan hak paten dinamit di Britania Raya (1867) dan Amerika Serikat (1868).

Sebelum wafat, Alfred Nobel menuliskan wasiat.

Isinya adalah sebagian besar kekayaannya akan dihadiahkan kepada orang yang telah melakukan yang terbaik bagi kemanusiaan di bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra dan perdamaian.

Kelak, wasiat itu diwujudkan dalam Nobel Prize atau hadiah Nobel yang jumlahnya ditaksir mencapai miliaran rupiah.

Dilansir dari laman resmi Nobel Prize, hingga tahun 2022, Hadiah Nobel telah diberikan sebanyak 959 kali kepada perorangan dan 30 kali kepada organisasi sejak tahun 1901.

Adapun 61 kali penghargaan diberikan kepada perempuan.

FATHUR RACHMAN Baca : Benarkah Dana Hadiah Nobel Bersumber dari Harta Warisan Alfred Nobel ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *