Latest Post

Soul Food Fort Worth TX: Menghidupkan Kembali Cita Rasa Autentik di Texas 10 Paket Tour Luar Negri Terbaik dan Terpercaya

Penonton ajang sepak bola Piala Dunia 2022 di Qatar dibayang-bayangi sebaran flu unta atau Middle East Respiratory Syndrome, disingkat MERS.

Kekhawatiran ini muncul lantaran belakangan terjadi peningkatan jumlah kasus flu unta di seluruh dunia.

Bahkan UK Health Security Agency (UKHSA) mengimbau para penggemar yang kembali dari Qatar untuk mewaspadai tanda-tanda terinfeksi virus ini.

Lalu, mengapa penyakit ini jadi momok? MERS pertama kali dikenali pada 2012.

Sejak itu, telah terjadi 2.600 kasus di seluruh dunia.

Menurut catatan UKHSA, terdapat setidaknya 2.600 kasus flu unta yang terkonfirmasi dan 935 di antaranya menyebabkan kematian.

Pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi pada April 2012, data tersebut dihimpun hingga Oktober 2022.

Mayoritas kejadian terjadi di semenanjung Arab, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.

Virus ini tak kalah mematikan dibandingkan Covid-19.

Satu dari tiga pasien yang terinfeksi berakhir meninggal dunia.

Baru-baru ini, menurut Daily Mail, tercatat dua kasus terjadi di Qatar.

Lantas apa itu flu unta dan mengapa itu berbahaya? Mengutip laman WHO, infeksi flu unta biasanya diikuti dengan gejala tertentu, tetapi kadang juga tanpa gejala.

Orang yang terinfeksi biasanya ditandai dengan permasalahan napas.

Mulai dari gejala masalah pernapasan ringan, akut, hingga kematian.

Namun gejala yang paling signifikan adalah demam, batuk dan sesak napas.

Ini terjadi karena virus menginfeksi paru-paru dan menyebabkan radang atau pneumonia.

Kendati begitu, pasien MERS tidak melulu mengalami gejala ini.

Gejala lainnya adalah gastrointestinal, yaitu berkaitan dengan pencernaan.

Termasuk masalah diare.

Seperti Covid-19, virus makin ganas jika pasien memiliki penyakit lainnya.

Orang tua atau mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, dan penyakit kronis seperti ginjal, kanker, penyakit paru-paru kronis, hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes berisiko lebih besar terkena penyakit parah setelah terjangkit virus ini.

WHO melaporkan, sekitar 35 persen pasien yang terinfeksi dinyatakan meninggal dunia, artinya satu dari tiga orang terinfeksi virus ini bisa terancam kematian.

Namun angka ini mungkin jauh lebih tinggi dari yang sebenarnya terjadi.

Sejak teridentifikasi pada 2012, sebanyak 27 negara telah melaporkan kasus MERS ke WHO.

Termasuk Qatar dan sejumlah negara Timur Tengah.

Menurut penelitian, mulanya virus MERS ditularkan melalui hewan, yakni unta.

Penularan dapat melalui kontak langsung dan tidak langsung.

Namun kemudian infeksi juga terjadi antar manusia.

Penularan ini terjadi akibat kontak langsung atau keteledoran dalam menangani kasus.

HENDRIK KHOIRUL MUHID

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *